Keterlambatan aparat Polri membasmi geng motor di banyak kota besar
di Indonesia patut dicurigai adanya 'lahan bisnis' (alias setoran) dari
judi balapan liar geng motor. Sehingga komunitas geng motor akhir-akhi
ini makin tumbuh subur dan tak terkendali.
Sepak
terjang dan tindakan geng motor yang terjadi belakangan ini sudah
meresahkan masyarakat. Aksi brutal dari sepak terjangnya itu bukan hanya
mengakibatkan kerusakan fisik atau pembakaran sepeda motor, namun juga
jatuh korban jiwa. Ini satu sinyal betapa lemah dan tak berwibawanya
hukum kita.
Fenomena kekerasan geng motor ini
sudah tidak bisa lagi di sebut kenakalan remaja, namun sudah mengarah
pada tindak kriminalitas.
Sebagai contoh,
pengeroyokan kelasi Arifin Siri yang berbuntut pada aksi brutal geng
motor “pita kuning”, pemerkosaan seorang gadis di garut yang juga
dilakukan oleh sekelompok geng motor, dll. Perbuatan mereka juga
seringkali tidak jelas apa alasanya.
Ada yang
cukup menarik dengan adanya fenomena geng motor ini. Yakni, keterlibatan
oknum anggota TNI, Bisnis setoran oknum Polisi hingga keterlibatan anak
pejabat dan petinggi TNI/Polri. Apa di balik fenomena geng motor ini?
Betulkah ini menunjukkan makin berkembangnya kekerasan dinegara kita?
Seharusnya,
pemerintah dan departemen terkait mengambil langkah khusus untuk dalam
hal ini. Yaitu, menjamin dan memastikan keamanan warga masyarakat, dari
ancaman dan teror geng motor, yang berusaha menciptakan keresahan
masyarakat.
Bukan hanya menuntaskan kasus yang
sedang ditangani melainkan langkah kedepan sehingga teror geng motor
tidak terulang lagi.(Nurdin tinggal di Kelapa Gading, Jakarta Utara)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar